Senin, 19 Desember 2011

Bodo Amat!

        ”Emang gue pikirin...”
Erte Kacrut menyahut enteng sambil menyeruput kopi buatan Mak Eroh yang hari ini kelihatan cantik dengan sanggul khatulistiwanya! Waktu diledek Erte Kacrut yang katanya ngikutin Syahrini, Mak Eroh malah menganggap penyanyi itulah yang meniru sanggulnya. Bedanya Syahrini mengemasnya dalam bungkus entertain yang lebih menjual, kilah perempuan setengah baya sambil menggoreng ikan masuk angin! Kok? Iya, ikan kembung kesukaannya Erte Kacrut...
”Kok gitu Te, nggak bisa dong...” sergah Dul Kenyut, ”Jangan sewenang-wenang kalau jadi pemimpin!”
”Eh, gue bilangin ya mahasiswa pinter...” sambut Erte Kacrut sambil meletakkan cangkirnya ke pisin. ”Jangan lu anggap, yang sewenang-wenang itu pemimpin aja. Di sini banyak juga orang-orang yang sewenang-wenang sama pemimpinnya!”
Dul Kenyut mengernyit keningnya. Mahasiswa yang IPK-nya tiga koma dan masih nganggur itu agak lemot mencerna omongan ertenya. Omongan yang kudu dikunyah sampai lembut benar biar nggak bikin masalah di pencernaan.
”Gue yakin semua pemimpin itu iktikadnya baik... bahkan ketika ia nggak mau lagi jadi pemimpin juga pasti tujuannya baik...”
”Mana ada orang mundur dengan tujuan baik, Te...”
”Ya ada, pemimpin itu mikir apa yang nggak ada dipikirannya yang dipimpin, ketika yang dipimpin tahu, pemimpinnya dah tahap eksekusi, ketika yang dipimpin ngeh, pemimpinnya dah jauh mikir yang lain lagi... udah mengeksekusi yang lain lagi juga!”
Sambil masukin potongan mendoan terakhirnya, tetap saja Dul Kenyut berkerut. Benar-benar harus dikunyah lembut omongan ertenya kali ini. Heran, lulusan sekolah mana sih erte begini...
”Jangan cuma ngelihat pemimpin itu zalim, sewenang-wenang... banyak pemimpin yang adil, yang baik,  yang tahu kapan dia naik kapan dia turun dan menyelesaikan tugasnya. Pemimpin kayak gini banyak, cuman nggak seksi aja buat berita, sehingga nggak pernah ada di tivi, di koran atau di majalah...”
Baru kali ini Dul Kenyut melihat ertenya bicara sangat serius. Seumur-umur kenal, Erte Kacrut lebih cenderung memperlihatkan wajah smart yang rileks. Tapi kali ini seperti ada aksentuasi tertentu untuk beberapa hal. Kelihatannya dia sangat serius...
”Banyak juga rakyat yang sewenang-wenang, Dul... aparat dan pengurus erte yang juga sewenang-wenang. Mereka dengan sadar atau tidak sadar semena-mena melampirkan label negatif, kata-kata makian, dan umpatan yang luar biasa bengis kepada kesalahan pemimpinnya. Atau malah bukan kesalahan pemimpinnya, tapi semata-mata karena kekhawatiran dirinya. Karena dia bingung kepada siapa dia mengumpat untuk keegoisannya, untuk kebodohannya sendiri karena dia tidak bisa mengendalikan dirinya... banyak Dul orang macam begini...”
Dul Kenyut termangu. Ini serius. Ertenya sedang waras, membenturkan logika dan realitas ke hadapannya.
”Jangan-jangan lu juga khawatir Dul kalau gue nggak jadi erte!”
Ups! Dul Kenyut gelagapan ditembak omongan ertenya.
”Mak Eroh sayang, mulai hari ini Dul Kenyut jangan dikasih diskon kalau ngopi di sini...” ujar Erte Kacrut sambil melangkah dari bangku. ”Dia harus bayar sendiri, masak mahasiswa lulus dengan IP tiga bokeknya permanen...”
Dul Kenyut mukanya kecut! Matanya melihat langkah ertenya yang kian menjauh. Dan ketika menengok ke Mak Eroh, tangannya sudah menengadah meminta bayaran. Duh, mati gue, batinnya. Mana hari ini dia makan banyak banget... hiks!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar