Rabu, 25 Juli 2012

Rindu - Aku Tertatih Mengejarmu

Rindu adalah ruang ungkap kerinduan Erte Kacrut kepada orang yang sangat dicintai dan dipanutinya, almarhumah Ibunya. Sambil menyertakan doa dan seuntai Al-Fatihah, yuk ikuti saja kisah-kisahnya yang menyentuh...


“Mam, sahur yuk…” aku membuka pintu kamarnya perlahan. Menunggu jeda bacaan tilawahnya. Ibuku pasti menengok sambil tersenyum, lalu bertanya jam berapa. Aku akan menjawabnya. Dan dia bilang, “Sebentar ya, tanggung…”
Begitulah, ada gereget ruhiyah yang lebih dalam diri ibuku setiap bulan ramadhan. Termasuk membaca Al-Quran setiap malam dan ba’da shalat-shalat sunnahnya. Ehm, aku malu dibuatnya. Terlalu laju, terlalu kencang arus menghambanya. Aku jauh sekali tertinggal…
Memasuki minggu pertama ramadhan kali ini, adalah ramadhan kedua tanpa ibuku. Tuhan yang Maha Cinta lebih suka dia berada di sisi-Nya. Semoga kebahagiaan senantiasa baginya di sana. Aku hanya punya doa, hanya doa! Tidak punya yang lainnya untuk membuatnya bahagia.
Tak ada lagi kebahagiaan kecil dengan mengajaknya berbuka dengan sirup Campolay rasa pisang susu kesukaannya. Betapa wajah itu tampak bahagia bila beduk maghrib nyaris tiba, dengan semangkuk ramuan es buah bercampur sirop khas Cirebon itu dan susu kental manis yang terhidang di meja. Wajah bahagianya akan lebih meruar bila segenap orang yang dicintainya turut duduk bersama, mengelilingi meja makan jati itu bersamanya.
Berloncatan banyak cerita…
Tentang masa kecilnya, tentang masa tak beruntungnya.
“Eh, itu sebelah udah dikasih?” pertanyaan yang selalu keluar sebelum sajian berbuka disantap bersama. ‘Sebelah’ yang dimaksudnya adalah tetangga depan dan samping rumah. Walau hanya berbagi semangkuk es campur, wajib dibaginya. Walau hanya beberapa potong gorengan, mesti dibaginya. Begitulah…
Harus berbagi…
Harus dibagi…
“Masjid udah dianterin?” pertanyaan itu sekadar mengingatkan orang rumah. Maksudnya, tajil buat buka orang-orang di masjid sudah diantar apa belum. Tak ada yang membantah, semua bergerak. Mengantarkan…
Dan…
Dia akan memasak sendiri untuk semua itu. Ya, memasak atau membuat kue untuk orang-orang yang akan dibaginya. Wajahnya tak menampak lelah. Ia akan lebih cerah bila orang dari masjid mengembalikan wadah dan teko dalam keadaan tandas. Habis tak bersisa.
“Alhamdulillah, kurang nggak?”
Ya Allah, terbuat dari apakah ibuku hingga dia begitu baiknya. Aku tertatih-tatih mengejarnya. Aku tak sepiawai dia membagi kebahagiaan kepada sesamanya. Tak sekonsinten dan terjaga sepertinya. Sungguh aku tak seujung kuku mewarisinya…
Allahummagfirlaha war hamha wa’afiha wa’fu ‘anha
Lapanglah kuburmu, Mam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar