Jumat, 11 November 2011

Berbagi dalam Puncak Cinta (2)


Puncak cinta? Apalagi nih…
Sederhana saja mulanya, karena saya hanya orang biasa yang tidak bisa dan biasa dengan keruwetan. Menurut pengetahuan saya yang tidak seberapa, Ramadhan adalah puncak cinta. Kok? Karena, lagi-lagi menurut saya yang hanya lulusan pesantren kilat, pada bulan ini bertebaran sedemikian rupa kasih sayang Allah kepada manusia. Semua menjadi kebaikan, semua berlipat ganda pahalanya, semua doa dan munajat lepas langsung menuju aras Tuhan tanpa hijab.
Berbagi juga menurut tafsir saya, lagi-lagi tanpa referensi kitab-kita primer yang bahasanya tidak saya mengerti. Berbagi adalah puncak kedekatan dalam berpenghayatan beragama kita. Saya senang dengan analogi matematika soal ini. Manakala beragama tidak hanya berpikir menambah pundi-pundi amal shaleh, mengurangi amalan mubazir dan mengalikan berbagai amal untuk semata-mata membeli tiket surga sendirian.
Tapi masih ada ’berbagi’ sebagai puncak cinta.
Berbagi adalah puncak cinta amal kebaikan seseorang. Puncak cinta kita ketika merasa bertuhan. Puncak beragama kita. Puncak kehambaan kita. Agar kita menjadi hamba yang paling dikasihi, diberi berbagai keistimewaan karena mewarisi sifat rahman dan rahim-Nya.
Kenapa harus berbagi?
Berbagi adalah kecerdasan yang dikaruniakan kepada hamba-hamba terpilih. Karena berbagi mensyaratkan seseorang mengantongi egoismenya, membungkus kepelitannya, meluluhkan rasa posesifnya, dan menyediakan dirinya untuk membuka diri, bahwa kebahagiaan ini tidak berdiri sendiri dan semata-mata milik sendiri. Ada bagian orang lain dalam setiap apa yang kita dapat dari Tuhan. Entah materi, entah rasa...
Maka, saya merasa, tema ”Berbagi dalam Puncak Cinta” dalam kegiatan FLP Jakarta kali ini adalah tepat. Begitu banyak rasa yang dimiliki teman-teman yang bisa dibagikan tanpa mengurangi sedikitpun rasa itu. Seperti juga terlalu banyak yang teman-teman miliki untuk dibagi, tanpa pernah terkurangi meski sudah dibagi. Saya rasa, tak ada yang merasa kehilangan dan terkurangi dari apa yang teman-teman miliki sepulang dari Panti Sosial Asuhan Anak Utama I malam itu.
Justru, saya menyakini...
Ada rasa yang harus kembali dibagi lagi. Ada sesuatu yang harus segera dibagi. Dan itu menjadi rindu yang akan terus membara. Memaksa kita untuk kembali ke sana, suatu ketika...
Teriring takzim saya yang luar biasa serta terima kasih kepada semua yang telah ringan langkah, memberi sumbangsihnya, dari tenaga, pikiran, harta benda, dan doa... Semoga menjadi amalan terbaik dalam meraih cinta-Nya. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar