Puncak cinta? Apalagi nih…
Sederhana saja mulanya, karena saya hanya orang
biasa yang tidak bisa dan biasa dengan keruwetan. Menurut pengetahuan saya yang
tidak seberapa, Ramadhan adalah puncak cinta. Kok? Karena, lagi-lagi menurut
saya yang hanya lulusan pesantren kilat, pada bulan ini bertebaran sedemikian
rupa kasih sayang Allah kepada manusia. Semua menjadi kebaikan, semua berlipat
ganda pahalanya, semua doa dan munajat lepas langsung menuju aras Tuhan tanpa
hijab.
Berbagi juga menurut tafsir saya, lagi-lagi tanpa
referensi kitab-kita primer yang bahasanya tidak saya mengerti. Berbagi adalah
puncak kedekatan dalam berpenghayatan beragama kita. Saya senang dengan analogi
matematika soal ini. Manakala beragama tidak hanya berpikir menambah
pundi-pundi amal shaleh, mengurangi amalan mubazir dan mengalikan berbagai amal
untuk semata-mata membeli tiket surga sendirian.
Tapi masih ada ’berbagi’ sebagai puncak cinta.
Berbagi adalah puncak cinta amal kebaikan
seseorang. Puncak cinta kita ketika merasa bertuhan. Puncak beragama kita. Puncak
kehambaan kita. Agar kita menjadi hamba yang paling dikasihi, diberi berbagai
keistimewaan karena mewarisi sifat rahman dan rahim-Nya.
Kenapa harus berbagi?
Berbagi adalah kecerdasan yang dikaruniakan kepada
hamba-hamba terpilih. Karena berbagi mensyaratkan seseorang mengantongi
egoismenya, membungkus kepelitannya, meluluhkan rasa posesifnya, dan
menyediakan dirinya untuk membuka diri, bahwa kebahagiaan ini tidak berdiri
sendiri dan semata-mata milik sendiri. Ada bagian orang lain dalam setiap apa
yang kita dapat dari Tuhan. Entah materi, entah rasa...
Maka, saya merasa, tema ”Berbagi dalam Puncak
Cinta” dalam kegiatan FLP Jakarta kali ini adalah tepat. Begitu banyak rasa
yang dimiliki teman-teman yang bisa dibagikan tanpa mengurangi sedikitpun rasa
itu. Seperti juga terlalu banyak yang teman-teman miliki untuk dibagi, tanpa
pernah terkurangi meski sudah dibagi. Saya rasa, tak ada yang merasa kehilangan
dan terkurangi dari apa yang teman-teman miliki sepulang dari Panti Sosial
Asuhan Anak Utama I malam itu.
Justru, saya menyakini...
Ada rasa yang harus kembali dibagi lagi. Ada
sesuatu yang harus segera dibagi. Dan itu menjadi rindu yang akan terus
membara. Memaksa kita untuk kembali ke sana, suatu ketika...
Teriring takzim saya yang luar biasa serta terima
kasih kepada semua yang telah ringan langkah, memberi sumbangsihnya, dari
tenaga, pikiran, harta benda, dan doa... Semoga menjadi amalan terbaik dalam
meraih cinta-Nya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar