Jumat, 11 November 2011

TOT ala Koboi Betawi # 3

Rasanya tukang nasi goreng agak nyesel...
            Setengah bakul harus diaduk sampe keringetan dan bikin wajan penuhnya bukan main. Dan setelah shalat maghrib, setelah diperjuangkan dengan penuh semangat, sewajan nasi goreng itu pindah jadi sebakul lagi... keren! Dan sekumpulan orang rakus siap melahap dengan wajah dendam kesumat!
            Wis, soal makan nggak usah diceritain detil. Pasti norak!
            Nah setelah makan itulah, ada yang ngambek pulang... Langsung saja, dicatat dengan senang hati kalau mereka pasti tidak lulus ToT dan wajib ikut remedial kalau mau diakui sebagai mentor FLP Goes to School. Apa pun alasannya, keputusan panitia tidak bisa diganggu gugat. Ini adalah pembelajaran tentang konsistensi! Kudu konsisten kalau mau maju... Kudu konsisten kalau komitmen sudah dicanangkan! Edan opo ora Son...
            Break dipakai untuk bicara hal lain seperti bagaimana tukeran nomer telpon yang baik dan benar. Atau chating di fesbuk meskipun norak tapi santun. Atau bagaimana ceng-cengan tapi cerdas. Halah... Pokoknya pembicaraan yang nggak mutu sama sekali. Secara kualitas bahasa pun kacau, kalimatnya banyak yang tata bahasanya hancur. Nggak pakai SPOK sama sekali...
            Teng...
            Sesi kedua ToT dimulai. Kali ini di ruang paling canggih di dunia. Sambil memandang bulan separuh, ac dimatikan, pintu dibuka selebar-lebarnya, dan kipas angin diputar sekencang-kencangnya. Mata dipelototkan sebulet-buletnya...
            ”Materi kali ini adalah penulisan jurnalistik...”
            Kenapa jurnalistik?
            ”Karena banyak sekolah yang memiliki buletin, majalah sekolah atau majalah dinding yang ingin dikelola dengan benar...”
            Oke. Sang Jagoan Neon kembali beraksi. Menjelaskan materi dasar-dasar jurnalistik, dengan gamblang, lugas dan jelas. Kalau sampai nggak paham, patut dicurigai peserta yang bersangkutan pasti punya kelainan kejiwaan. Jiwa yang sehat pasti dengan cepat menangkap materi yang dibawakan dengan menarik dan atraktif sekali. Kali ini dengan simulasi segala rupa. Selain penjelasan dengan menggunakan papan tulis paling canggih abad ini. Touch screen, dan hanya bisa dilihat oleh orang-orang beriman dan beramal shaleh saja... Tugasnya lebih berat dari sesi pertama...
            ”Kita simulasikan...”
            Jiah... peserta berasa bener sebagai sebuah redaksi sebuah majalah. Lengkap strukturnya dari pemimpin redaksi, sekretaris redaksinya hingga office boynya... Nah untuk peserta yang harus jadi office boy pemilihannya lebih alot. Selain wajahnya memelas dan menjiwai kemiskinan seumur hidupnya. Dia juga harus terampil membuat kopi, teh, termasuk cekatan bila disuruh fotokopi...
            ”Kita mulai dari merumuskan pertanyaan... selanjutnya tambahkan minimal lima pertanyaan berikutnya...” kata sang jagoan neon sambil jalan ke balkon menikmati rembulan separo...
            Peserta cengo!
            Dan waktu satu jam yang diberikan, ternyata... hadeuuuh! Kalau saja nggak kasihan karena mata sudah pada merah, beleknya udah bikin lengket... pasti nggak semudah itu diloloskan. Jagoan Neon tetaplah orang yang baik hati, penuh cinta, dan asoi geboi... Meski ada satu peserta yang lagi-lagi ancurnya luar biasa. Tapi diloloskan juga. Meski dalam hati bilang... kok ada ya, anak begitu! Bikin pertanyaan ngaco, bikin jawaban lebih ngaco, bikin beritanya makin ngaco... Halah...
            ToT sesi dua, ditutup dengan martabak manis sebagai perbaikan gizi peserta. Siapa tahu, karena kurang gizi pada masa pubernya, mereka jadi lambat berpikir... Selanjutnya, apa pun kesan pesertanya terhadap ToT kali ini... tanyakan sendiri, atau silakan bikin testimoni sendiri.

            (tidak bersambung, udah males...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar