Erte Mbambung lagi cengengesan ketika emsi dari kantor kecamatan mendaulatnya
untuk ke mimbar. Kepala orang sudah lelongokan, mencari dan mencoba balapan
melihat, mana wajah erte kacrut yang sangat tidak ganteng itu. Dasar erte
kacrut, bukannya buru-buru ke mimbar, malah ikut celingukan bareng orang
banyak.
Solidaritas! Ikut irama rakyat!
Irama yang seharusnya diikuti para pemimpin. Karena menurutnya,
sefals-falsnya irama rakyat, jauh lebih enak dijogeti. Daripada ajib-ajib
dengan hentakan irama sendiri. Dan begitu erte kacrut metungul, memperlihatkan
dirinya, baru berdiri, tepuk tangan ramenya ngalahin pasar kebakaran.
”Wah, selebritis bener nih...” ujar seseorang.
”Lu kata burung dara mau diadu kali ya, pake ditepokin segala,“ Erte
Mbambung menggumam sambil jalan dan menaikkan celananya yang melorot. Rupanya,
puasa ramadhan cukup efektif mengempeskan perutnya...
Berikut kutipan pidato erte kacrut,
lengkap banget tanpa edit dengan segala kenorakan dan cengengesannya. Dari
pertama megang mikropon sampai lupa menaruh mikropon.
Bismillahirahman nirahiiimm...
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wa barakatuhu.
Alhamdulillah wa
syukurillah, segala puji syukur atas segala nikmat yang melimpah ruah di
majelis yang indah ini. Majelis yang mengumpulkan banyak daya hidup, daya
kritis, dan daya saling menasehati satu dan lainnya. Sebuah majelis yang insya
Allah bakal meruahkan banyak ilmu dan mencerdaskan orang-orang yang duduk
bersama di sini. Amin...
Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw,
teladan segala zaman, beserta para kerabat tercintanya, sahabat terbaiknya dan
tentu saja para pengikut yang istiqamahnya tiada tara.
Sebagai ahlul bait alias tuan rumah, sebenarnya hanya dua hal penting yang
tidak boleh dilupakan dan harus disampaikan dalam pidato penyambutan. Pertama,
ucapan terima kasih, kepada semua yang telah hadir di tempat yang sederhana
ini, inilah hasil maksimal ahlul bait yang bisa persembahkan.
Tempat yang sangat sederhana... (ehm, erte kacrut berdehem) tapi bukan
tanpa alasan tempat ini menjadi pilihan. Harapannya, para tetamu yang kami
muliakan, bisa merasai suasana kampung yang tentram, suasana batin dan ruhani
yang jernih dan segar, sehingga apa pun nanti suasana diskusi dan pertemuan
ini, hasilnya adalah permufakatan yang elegan dan tabayyun yang melegakan bagi para hadirin...
Kedua, kewajiban tuan rumah adalah memohon maaf bila ada yang kurang
berkenan, mungkin saja penyambutannya yang kurang asoi karena diiring tabuhan
Kipli Band… Namun, tetabuh tukang topeng monyet itu adalah bentuk suka cita dan
ketulusan, karena saudara Kipli dan monyetnya sangat ingin berperan serta dalam
kebahagiaan ini dengan apa yang bisa dilakukannya... Sebagai sampahnya
masyarakat, saya harus mengapresiasi segala bentuk kreativitas warga. Soal
tafsir saya tidak ikut-ikutan karena sangat subjektif tergantung kecerdasan,
keluasan wawasan, dan tentu saja kepentingan...
kepala sama botak dalam hati
siapa tahu penyakitan...
Juga bilamana nanti sampai ujung acara ada perihal yang kurang nyaman, saya
berbangga hati menyediakan maaf sebanyak-banyaknya. Silakan saja diambil
sesukanya, sekuat-kuatnya, sebanyak-banyaknya... Produksi maaf saya, masih
lumayan tinggi dan produktif sekali.
Terakhir, saya melihat pertemuan ini sangat istimewa. Karena saya melihat
banyak tamu istimewa yang sudah kesohor namanya, namun baru hari ini saya
dapati senyum manisnya... Selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Bupati
dan para petinggi. Semoga ini adalah tempat terakhir untuk sosialisasi program
pembangunan yang sudah dicanangkan. Karena saya berpikir, kalau ini adalah
tempat yang pertama untuk melakukan sosialisasi itu, saya tidak bisa memastikan
kapan eksekusi program itu bisa dilaksanakan. Mengingat begitu luasnya wilayah
kabupaten ini... Semoga demikian, karena bila tahun kedua baru sosialisasi,
tahun ketiga masih sosialisasi, sementara tahun keempat baru mau eksekusi,
padahal sudah waktunya suksesi... pasti repot sekali....
Demikian saja sambutan saya, masih banyak acara lainnya. Cukup sedikit
saja, tapi mengena, dari pada terlalu panjang tapi sulit dicerna. Bila ada yang
menyengat telinga, anggap saja ini pemanasan untuk diskusi selanjutnya...
Billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wa barakatuh...
Hadirin menjawab salam sambil mengulum senyum. Erte kacrut meninggalkan
mimbar sambil membawa mikropon. Hingga sang emsi gelagapan mengejar sang tuan
rumah. Sebuah hiburan gratisan yang bikin hadirin terpingkal geli.
Bagi Dul Kenyut itu sih sengaja dilakukan erte kacrut... Dia cukup
bijaksana untuk mengalihkan perhatian hadirin dari wajah-wajah yang mulai memerah,
walau berusaha untuk senyum ramah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar