Senin, 14 November 2011

Ocehan Erte Kacrut # 9



Erte Mbambung lagi cengengesan ketika emsi dari kantor kecamatan mendaulatnya untuk ke mimbar. Kepala orang sudah lelongokan, mencari dan mencoba balapan melihat, mana wajah erte kacrut yang sangat tidak ganteng itu. Dasar erte kacrut, bukannya buru-buru ke mimbar, malah ikut celingukan bareng orang banyak.
Solidaritas! Ikut irama rakyat!
Irama yang seharusnya diikuti para pemimpin. Karena menurutnya, sefals-falsnya irama rakyat, jauh lebih enak dijogeti. Daripada ajib-ajib dengan hentakan irama sendiri. Dan begitu erte kacrut metungul, memperlihatkan dirinya, baru berdiri, tepuk tangan ramenya ngalahin pasar kebakaran.
”Wah, selebritis bener nih...” ujar seseorang.   
”Lu kata burung dara mau diadu kali ya, pake ditepokin segala,“ Erte Mbambung menggumam sambil jalan dan menaikkan celananya yang melorot. Rupanya, puasa ramadhan cukup efektif mengempeskan perutnya...
           Berikut kutipan pidato erte kacrut, lengkap banget tanpa edit dengan segala kenorakan dan cengengesannya. Dari pertama megang mikropon sampai lupa menaruh mikropon.

Bismillahirahman nirahiiimm...
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wa barakatuhu.
Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji syukur atas segala nikmat yang melimpah ruah di majelis yang indah ini. Majelis yang mengumpulkan banyak daya hidup, daya kritis, dan daya saling menasehati satu dan lainnya. Sebuah majelis yang insya Allah bakal meruahkan banyak ilmu dan mencerdaskan orang-orang yang duduk bersama di sini. Amin...
Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw, teladan segala zaman, beserta para kerabat tercintanya, sahabat terbaiknya dan tentu saja para pengikut yang istiqamahnya tiada tara.
Sebagai ahlul bait alias tuan rumah, sebenarnya hanya dua hal penting yang tidak boleh dilupakan dan harus disampaikan dalam pidato penyambutan. Pertama, ucapan terima kasih, kepada semua yang telah hadir di tempat yang sederhana ini, inilah hasil maksimal ahlul bait yang bisa persembahkan.
Tempat yang sangat sederhana... (ehm, erte kacrut berdehem) tapi bukan tanpa alasan tempat ini menjadi pilihan. Harapannya, para tetamu yang kami muliakan, bisa merasai suasana kampung yang tentram, suasana batin dan ruhani yang jernih dan segar, sehingga apa pun nanti suasana diskusi dan pertemuan ini, hasilnya adalah permufakatan yang elegan dan tabayyun  yang melegakan bagi para hadirin...
Kedua, kewajiban tuan rumah adalah memohon maaf bila ada yang kurang berkenan, mungkin saja penyambutannya yang kurang asoi karena diiring tabuhan Kipli Band… Namun, tetabuh tukang topeng monyet itu adalah bentuk suka cita dan ketulusan, karena saudara Kipli dan monyetnya sangat ingin berperan serta dalam kebahagiaan ini dengan apa yang bisa dilakukannya... Sebagai sampahnya masyarakat, saya harus mengapresiasi segala bentuk kreativitas warga. Soal tafsir saya tidak ikut-ikutan karena sangat subjektif tergantung kecerdasan, keluasan wawasan, dan tentu saja kepentingan...  kepala sama botak  dalam hati siapa tahu penyakitan...
Juga bilamana nanti sampai ujung acara ada perihal yang kurang nyaman, saya berbangga hati menyediakan maaf sebanyak-banyaknya. Silakan saja diambil sesukanya, sekuat-kuatnya, sebanyak-banyaknya... Produksi maaf saya, masih lumayan tinggi dan produktif sekali.
Terakhir, saya melihat pertemuan ini sangat istimewa. Karena saya melihat banyak tamu istimewa yang sudah kesohor namanya, namun baru hari ini saya dapati senyum manisnya... Selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Bupati dan para petinggi. Semoga ini adalah tempat terakhir untuk sosialisasi program pembangunan yang sudah dicanangkan. Karena saya berpikir, kalau ini adalah tempat yang pertama untuk melakukan sosialisasi itu, saya tidak bisa memastikan kapan eksekusi program itu bisa dilaksanakan. Mengingat begitu luasnya wilayah kabupaten ini... Semoga demikian, karena bila tahun kedua baru sosialisasi, tahun ketiga masih sosialisasi, sementara tahun keempat baru mau eksekusi, padahal sudah waktunya suksesi... pasti repot sekali....
Demikian saja sambutan saya, masih banyak acara lainnya. Cukup sedikit saja, tapi mengena, dari pada terlalu panjang tapi sulit dicerna. Bila ada yang menyengat telinga, anggap saja ini pemanasan untuk diskusi selanjutnya...
Billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wa barakatuh...

Hadirin menjawab salam sambil mengulum senyum. Erte kacrut meninggalkan mimbar sambil membawa mikropon. Hingga sang emsi gelagapan mengejar sang tuan rumah. Sebuah hiburan gratisan yang bikin hadirin terpingkal geli.
Bagi Dul Kenyut itu sih sengaja dilakukan erte kacrut... Dia cukup bijaksana untuk mengalihkan perhatian hadirin dari wajah-wajah yang mulai memerah, walau berusaha untuk senyum ramah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar