Senin, 14 November 2011

Ocehan Erte Kacrut # 10



 Habis bulan Syawal bukan berarti habis lebaran di Kampung Kacrut. Bagi warganya Erte Mbambung, lebaran adalah hal yang bisa diciptakan kapan saja. Kalau ertenya nggulung sarung, naikin lengan baju, dan bikin aba-aba… Ya, lebaranlah orang-orang sekampung Kacrut. Hari Senin puasa, besok lebaran ya, bisa! Bagaimana kalau Jumat saja, kan itu hari paling istimewa. Siap…
Kok bisa ya…
“Ya, bisa! Apa sih yang nggak mungkin… Allah itu memberikan beribu-ribu kemungkinan sepaket dengan jalan menuju kemungkinan itu…” katanya pada Dul Kenyut, mahasiswa ber-IPK tiga, tapi masih betah menganggur. Mungkin harus dibikin spanduknya tuh, menganggur adalah jalan menuju sukses. Atau spirit lain, “Sukses dengan menganggur” Terus dibikin modul pelatihannya, trainingnya, konsultasi online-nya. Wah, bisa jadi lapangan kerja baru… Trainer-nya kan sudah pengalaman semua!
Sekembali dari halal bihalal dengan bupati dan perangkatnya, sama sekali nggak ada roman senang, bahagia, atau yang cerah-cerah pada erte kacrut. Padahal acara dan tempatnya dipuji banyak orang. Inilah erte edan, begitu banyak pujian, begitu cepat dia pergi. Mending cari belut di sawah. Buat pepes, bisa buat makan sambil reriungan.
“Standar, nggak ada yang baru…” kata Erte Mbambung ketika dimintai tanggapannya oleh Dul Kenyut soal programnya bupati.
“Kan bagus, Te, ada katepe berbasis tabungan…”
“Harusnya persoalan kayak gitu sudah selesai setahun atau dua tahun begitu kabupaten ini berdiri, Dul! Sekarang tanah lahirmu ini, sudah berapa umurnya… masak urusan katepe nggak kelar-kelar sampai berapa kali ganti bupati… gimana mau ngurusin yang lain…”
“Iya, ya, Te… soal katepe ribet aja! Puluhan tahun nggak kelar… kenapa jadi soal angkanya ya, bukan kemampuan daya saing masyarakatnya…”
“Ini soal kemauan dan leadership, Dul!” katanya sambil ngupil.
 “Iya Te, nggak penting banget, nggak substansial…”
Erte Mbambung berlalu menuju warung Mak Eroh. Nggak tahu ngomong apa, tiba-tiba Sumi –asistennya Mak Eroh- pergi membawa tas belanja mbonceng ojek. Dul Kenyut masih sempat menikmati Sumi melambaikan tangan. Tapi kiss bay-nya nggak kebagian, mungkin sudah diambil semua sama erte kacrut.
Benar saja, selepas ashar toa mushola meraung-raung. Isinya pengumuman bahwa nanti sore, habis maghrib mau lebaran. Makan bareng di saungnya Erte Mbambung.
“Emang lebaran apa, Te?”
“Lebaran Kebodohan…” jawabnya enteng.
Lagi-lagi Dul Kenyut diberi pekerjaan rumah menerjemahkan kalimat erte kacrut. Mau nggak mau harus mau. Karena nanti pada saat acara, pasti dia suruh menjelaskan. Alasannya? Karena dia mahasiswa ber-IPK tiga dan belum ada kerjaannya. Nah, anggapan erte kacrut begitulah caranya memberi Dul Kenyut pekerjaan sesuai dengan kapasitasnya.
Saat Dul Kenyut bingungnya bukan main, erte kacrut malah main futsal sama anak-anak TPA. Edan! Ada yang mau bantu Dul Kenyut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar